Dalam mempelajari Judo kita harus
betul-betul menguasai teknik dasar dan peraturan yang berlaku.Olah raga Judo
mengenal dua kata macam bentuk latihan,yaitu: Kata dan Randori.
Kata adalah suatu system latihan yang meliputi teknik-teknik berupa
bantingan,kuncian,cekikan,patahan dan menyerang bagian-bagian tubuh yang
berbahaya.Randori adalah latihan bebas mengenai semua yang diajarkan
memalui latihan Kata yang dipraktekkan dalam bentuk menyerang dan
bertahan.
Sebelum melakukan latihan
Judo,seorang Guru/Pelatih Judo harus memberikan peraturan dan tat tertib dalam
olah raga Judo yang dimulai dari tata cara penghormatan.
PENGHORMATAN
Dalam kehidupan olah raga Judo
ditanamkan rasa saling menghormati sesame anggota baik dalam lingkungan maupan
luar lingkungan Judo,rasa saling hormat sangat dibudidayakan.Begitu masuk Dojo
kita sudah diharuskan menghormat karena kemungkinan di dalam gedung sudah ada
para senior atau para pemimpin baik pelatih maupun pembina.
Begitu masuk matras kita harus
menghormat lagi.Demikian juga ketik memulai kegiatan dengan sesame
kawan,misalnya Uchikomi atau Randori baik awal maupun
sesudahnya.Di dalam Judo dikenal dua macam penghormatan yaitu waktu duduk (Zarei)
dan waktu berdiri (Ritsurei).
TATA CARA PENGHORMATAN DI ATAS
MATRAS
Setiap ada kegiatan Judo sebelum
dimulai ada tata cara yang harus dilakukan dengan berurutan sebagai berikut:
1. Memberi
hormat pada waktu akan masuk matras,kemudian berbalik membelakangi matras untuk
melepas alas kaki dan dihadapkan keluar arah dari pada alas kaki tersebut.
2. Para pejudo
berbaris dengan urutan tingkatan diman sabuk hitam sebelah kanan lalu
coklat,biru sampai sabuk putih sebelah kirinya.
3. Berdiri
dengan baik,posisi timit kaki dirapatkan kemudian duduk
4. Setelah
duduk berikan penghormatan kepada bendera
5. Setelah itu
berikan hormat kepada pelatih;dengan serentak para Judoka mengucapkan selamat
siang/sore/malam tergantung jam latihan
6. Setelah
selesai penghormatan seluruh Judoka berdo’a (Mokuso) kepada Tuhan YME.
7. lalu berdiri
dilanjutkan dengan pemanasan,senam hingga latihan
8. Latihan
diakhiri dengan cooling down lalu kembali seperti posisi pembukaan tadi.
9. Dilanjutkan
duduk yang dilanjutkan berdo’a.Setelah selesai para pejudo menghormat kepada
bendera
10. Kemudian
penghormatan terakhir kepada pelatih dengan mengucapkan terima kasih secara
serentak,setelah itu berdiri dan bubar.
11. Wktu Keluar
matras kenalan alas kaki terlebih dulu lalu membalikan badan untuk menghormat
ke arah matras.
KELENGKAPAN OLAH RAGA JUDO
Dalam kegiatan olah raga apa pun
dibutuhkan sarana dan prasarana untuk mencapai sasaran yang diharapkan.Demikian
juga dalam pelaksanaan latihan olah raga Judo dibutuhkan beberapa sarana dan
prasarana yang sekurang-kurangnya meliputi dua aspek,yaitu:
- Tempat Latihan (Dojo)
- Pakaian Judo (Judogi)
TEMPAT LATIHAN (DOJO)
Dalam latihan Judo diperlukan suatu
ruangan khusus yang disebut Dojo.Luasnya tidak boleh kurang dari luas ukuran
tatami (matras) yang digunakan sebagai alas berlatih Judo.Ukuran sebuah tatami
minimal adalah 14 x 14 meter dan maksimal 16 x 16 meter.Daerah pertandingan
berukuran minimal 9 x 9 meter dan maksimal 10 x 10 meter.Tiap tatami berukuran
1 x 2 meter sehingga jumlah tatami yang dibutuhkan oleh suatu Dojo
sekurang-kurangnya sebanyak 128 lembar;18 lembar di antaranya berwarna merah
sebagai pembatas daerah pertandingan.
PAKAIAN JUDO (JUDOGI)
Latihan Judo memerluka pakaian
khusus berwarna putih yang terdiri dari celana dan baju.Celana yang
dipergunakan adalah celana panjang yang cukup longgar yang mempunyai ketinggian
bagian bawah sekitar 5 cm di atas mata kaki.Sedangkan baju harus tebal dan
longgar.Bagian tangnnya harus panjang,sekitar 5 cm dari persendian tangan dan
lebarnya harus bisa dimasuki sampai ke batas siku,kira-kira selebar 10-15 cm.
Di samping itu para pejudo harus
memakai ikat pinggang atau obi yang warnanya sesuai dengan tingkatan
yang dimiliki.
TINGKATAN DALAM JUDO
Kemampuan atau tingkatan kemahiran
seorang pejudo bisa dilihat memalui sabuk atau obi yang dikenakannya.Dalam Judo
dikelan istilah Kyu serta Dan untuk menggambarkan kemampuan
seorang pejudo yang rinciannya dari yang terendah sampai yang tertinggi,sebagai
berikut :
Tingkatan Kyu :
Kyu 6 dengan sabuk Putih
Kyu 5 dengan sabuk Biru
Kyu 4 dengan sabuk Biru
Kyu 3 dengan sabuk coklat
Kyu 2 dengan sabuk coklat
Kyu 1 dengan sabuk coklat.
Pejudo junior yang usianya sampai 16
tahun mempunyai sabuk tersendiri,yakni:
Kyu 6 dengan sabuk putih
Kyu 5 dengan sabuk kuning
Kyu 4 dengan sabuk orange
Kyu 3 dengan sabuk hijau
Kyu 2 dengan sabuk biru
Kyu 1 dengan sabuk coklat
Tingkat Dan :
Dan 1 dengan sabuk hitam
Dan 2 dengan sabuk hitam
Dan 3 dengan sabuk hitam
Dan 4 dengan sabuk hitam
Dan 5 dengan sabuk hitam
Dan 6 dengan sabuk merah-putih
Dan 7 dengan sabuk merah-putih
Dan 8 dengan sabuk merah-putih
Dan 9 dengan sabuk merah
Dan 10 dengan sabuk merah
Tingkatan bagi wanita sama saja
sperti pria hanya sabagai penanda,bagian tengah sabuk wanita memakai pita putih
selebar 1 cm.
Untuk tingkatan yang warnanya sama
mulai dari yang terendah memakai pita sepanjang 3 cm dan lebarnya 1 cm pada
ujung baju sebelah kiri dengan warna yang sama dengan sabuknya,misalnya Dan 2
Strip 2 hitam,Kyu 4 strip 2 biru.
ASAL-USUL JUDO
Awal mula Judo dapat kita telusuri
pada jujitsu,aktifitas membela diri nenek moyang bansa Jepang ketika
mareka masih hidup di zaman primitive Jomon (5000 tahun SM) hingga zaman Yayoi
(abad II-III M).Pada masa itu mereka telah belajar teknik-teknik
membanting,memukul,menendang dan mengunci lawan yang bertujuan untuk
memenangkan pertarungan baik melawan manusia maupun binatang yang sering
terjadi pada masa itu.
Pada zaman Kaisar Nara (552-793 M)
tiga keterampilan militer diterapkan di seluruh kekaisaran , yaitu
panahan,panahan berkuda dan gulat sumo,namun ketiga ilmu itu tumbuh di
tengah-tengah kekacauan politik dan keamanan yang rawan.Pemberontakan lokal
sering terjadi yang alih-alih malah menimbulkan keinginan baru pada masysrakat
untuk menyempurnakan ilmu bela diri tersebut
Gulat sumo pun mengalami masa
transisi dari bentuk rituil ke bentuk militer,terutama ketika Sakanoue
menaklukan daerah timur.Pendekar samurai yang menjadi kelas bangsawan pun
berlatih sumo yang pada masa itu latihan maupun pertandingan sumo dilakukan
dengan mengenakan pakaian lengkap berbeda dengan masa sekarang yang hampir
tidak berbajusama sekali.
Selama masa Heihan (794-1184 M)
kelompok Genji dan Keike saling berebut supremasi.Akibatnya guru-guru bela diri
militer Yaroigumi (bertarung menggunakan pakaian pelindung) dan Katchu
Gumiuchi (bertarung menggunakan penutup tubuh dari logam) dimobilisasi
besar-besaran.
Masa Moromachi (1392-1573 M) hingga
masa Sengoku (1477-1582 M) disebut juga “zaman pendekar perang
berkuasa”.Stabilitas politik dan keamanan tidak terjamin karena para panglima
perang saling berebut kekuasaan.Kelas samurai hingga lapisan warga biasa turut
mempelajari ilmu-ilmu bela diri yang secara taklangsung justru ikut menunjang
perkembangan ilmu bela diri terutama Jijitsu Kagosuko dan Koshi No
Mawari.
Selama masa Asuchi ke Momoyama
(1573-1616 M) gulat sumo cenderung ke bentuk rituil sehingga perbedaan
antara sumo dan jujitsu mulai tampak jelas yang pada masa inilah
kita mengenal Takeuchi Ryu,slah satu aliran jujitsu yang
diorganisir oleh Hisamurai Takeuchi pada tahun 1532 M di Sakushu Tsuyama
Okayama sebagai bentuk pertarungan tertua yang teknik-tekniknya tlah ditata
dengan baik Aliran ini mempergunakan tekinik patahan untuk melumpuhkan lawan.
Pada tahun 1560 M di Kishu Okayama,Yunshin
Sekiguchi mengajarkanb ilmu kepandekaran dan mengambangkan bentuk baku “cara
jatuh” (ukemi) yang di kemudian hari menjadi temun penting bagi olah
raga Judo yang sama pentingnya dengan randori ,seni pertarungan bebas
yang diciptakan pada abad ke-17.
Pada akhir abad ke-16 dan awal abad
ke-17,TsutsumiHozan Ryu,Miura Yoshin Ryu dan Seigo Ryu di kenal
sebagai perkumpulan-perkumpulan jujitsu terkemuka yang tumbuh di
tengah-tengah keonaran yang munculdi mana-mana.Alhasil,jujitsu lebih
dipelajari sebagai ilmu seni berperang yang menitikberatkan pada latihan fisik
dan sensitivas batin (seni) yang terus berkembang hingga masa Edo.Menjelang
berakhirnya masa Edo pada akhir abad ke-19,di Jepang telah berkembang sekitar
60 aliran jujitsu.Yang terkemuka adalah Kito Ryu,didirikan oleh
Kanyemon Iso pada tahun 1670 M
dan Tenjin Sinyo Ryu yang
didirikan oleh Mataemon Iso pada tahun 1795 M.Kedua aliran ini dikenal dengan
ciri khasnya (spesialisasi) dalam teknik patahan,pukulan dan kata.
Walau berbeda-beda,aliran-aliran itu
dilekatkan oleh satu rasa persatuan,yaitu rasa hormt kepada Shinto yang
ada di dojo (sanggar latihan) namun tidak semua dojo beraliran
Shinto karena ada juga yang Budhha dan Kong Chu Tsu.Meski demikian semua dojo
dianggap suci dandipelihara sebagai tempat latihan fisik dan mental.Tiap-tiap
aliran mempunyai doktrin akan tetapi semuanya menaati Bushido dan pembinaan
hubungan “atasan-bawahan” yang dimanifestasikan dalam bentuk sopan-santun murid
terhadap guru.
PROSES TERBENTUKNYA JUDO
Sebagai
akibat lebih lanjut dari politik “pintu terbuka” yanh diterapkan oleh Komodor
Perry (1893 M),memasuki abad XX Jepang memulai program reformasi yang disebut
Restorasi Meiji (1868-1912 M).Negara Jepang ini mengalami perubahan
besar-besaran dala kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.Para petani,para
tukang dan kaum pedagang,para samurai mempunyai derajat yang sama di bawah
kaisar.Zaman semakin damai dan kalangan militer semakin beradaptasi dengan
keadaan ini.Latihan-latihan bela diri yang semula hanya dikuasai kalangan
militer dipulihkan dan terbuka bagi masyarakat luas.
Pada tahun
1870 seorang remaja bernama Jigoro Kano (Beliau dalah putra ke tiga dari
Jirosaku Mareshibu Kano tanggal 28 Oktober 1860) datang dari Hyogo untuk
melanjutkan pendidikannya di Setatsu-sho Juko dan Ikuei Gijiku di Tokyo.Kelak
beliau akan di catat sebagai figure penting dalam perkembangan olah raga Judo.
Tahun 1877
Jigoro Kano mulai belajar jujitsu di Kaisei Gako yamh sekarang bernama
Universitas Tokyo.Ia mempelajari aliran Tenjin Shinyo Ryu langsung di
bawah asuhan Masamoto Iso dan Machino Suke Fukuda.Dari situlah ia mempelajari randori
dan kata.Kemudian ia menerima bimbingan Tsunetoshi Shikobu dari
aliran kito ryu yang mengajarkan bentuk-bentuk jujitsu yang sama
sekali berbeda denagn apa yang ia pelajari selama ini.Di luar itu Jigoro Kano
tekun mempelajari sendiri buku-buku jujitsu dari aliran-aliran
lainnya.Cita-citanya untuk menjdi pendidik ulai mendapatkan jalan.
Tahun 1881
ia ditugaskan untuk meneliti teknik-teknik mendidik di negara-negara lain.Tahun
1882 Jigoro Kano mengawali karir sebagai pendidik dengan mengajar di
Gakusui.Waktu itu ia telah memilih teknik-teknik terbaik dari berbagai aliran jujitsu
ysng sudah berkembang sejak zaman Edo.Selain memperbaiki beberapa bagian,ia
sendiri menciptakan teknk-teknik baru yang dikenal sebagai judo kodokan.
Dojo Jigoro
Kano di Kiul Eishoji yang terletak di Shimoyo Tokyo pada mulanya hanya terdiri
12 lembar tatami (matras).Ia mengkaji berbagai jenis teknik secara
ilmiah dan rasional untuk mendapatkan konsep baru yang pada intinya adalah
perpaduan antar kekuatan dan kelembutan.
Pihak luar
pun mulai tertarik.Tahun 1883,Pers School mengadakan satu kelas di rumah Jigoro
Kano.Kementerian Pendidikan Jepang yang memang selalu mengevaluasi segi-segi
positif jujitsu yang dikembangkan sebagai seni bela diri dalam pendidikan
jasmani di sekolah-sekolah pun akhirnya mengakui temuan Jigoro Kano.Pilot
project pun diadakan tahun tersebut,yakni diajarkannya Judo di beberapa
perguruan tinggi bergengsi yaitu Akademi Maritim,Universitas Tokyo dan
Universitas Kei.Perkembangannya cukup pesat dalam tahun itu saja sekitar 1500
murid Judo berlatih di Dojo utama Kodokan dan di pusat-pusat Judo di luar Tokyo
seperti Konojuku,Kyoto dan Narayama.Penemunya pun mendapatkan gelar terhormat :
Profesor Jigoro Kano.
ARTI JUDO
Judo terdiri dari dua suku kata yaitu JU yang berarti
halus atau lembut dan DO yang berarti cara atau jalan.Jadi arti kata JUDO
adalah “cara yang halus atau jalan yang lembut”.Dalam olah raga Judo tujuan
membanting,mengunci,mencekik dan mematahkan sendi tidak dimaksudkan untuk
menghancurkan atau mencelakakan lawan akan tetapi hanya untuk melumpuhkan atau
mengalahkan lawan.Setiap Pejudo (Judoka) yang membanting lawan dengan
teknik apa pun pegangan salah satu lawan pasti tidak pernah lepas.Tujuannya
adalah mencegah lawan agar tidak cidera dengan cara menarik salah satu tangan
lawan ketika jatuh ke matras atau dengan cara menahan daya dorong arah
jatuhnya.
Tujuan utama dari Judo adalah mengembangkan
falsafah jiwa Prof.Jigoro Kano yang menerangkan bahwa “seseorang yang bergabung
dalam suatu kelompok bangsa harus bekerja sama secara damai demi tercapainya
kesejahteraan masyarakat banyak.Untuk itu harus ada satu hubungan yang erat
antara jiwa yang satu dengan yang lain dengan cara melakukan usaha yang
terus-menerus.Untuk mencapai tujuan itu seseorang harus mengembangkan dirinya
sendiri dulu agar bias bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan
bersama.Manfaat yang timbul bukan hanya bersifat ekonomis namun juga yang
bersifat moriil”.
Tujuan kedua dari Judo adalah perkembangan
fisik.Dalam teknik bantingan,cekikan,kuncian,patahan dan teknik-reknik baku
factor fisik sangatlah penting.Kita dapat meraih hasil yang terbaik melalui
latihan tersebut.
Tujuan ketiga dari Judo adalah pembelaan
diri.Melalui latihan-latihan Judo kita dapat menghindari kejadian-kejadian yang
tidak kita inginkan.Dengan kata lain,olah raga Judo merupakan usaha menjaga
diri dari bahaya yang akan menimpa kita.
Ikhtiar untuk mencapai ketiga tujuan tersebut yaitu
perkembangan spiritual,kesegaran fisik dan pembelaan fisik yang dilakukan dengan
penuh kesungguhan untuk mencapai tujuan yang baik tanpa melupakan bahwa
kelembutan dapat mengatasi kekerasan adalah prinsip dasar olah raga Judo.
SEJARAH JUDO
Judo mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai menduduki Indonesia. Pada hari-hari tertentu tentara Jepang berlatih Judo di lingkungan asramanya, lama kelamaan tentara Jepang bergaul dan bersahabat dengan orang-orang lingkungan asrama tentara Jepang, maka orang Indonesia yang menjadi sahabat dekat tentara Jepang ikut berlatih Judo dan dipilih betul-betul sangat selektif dengan tujuan jangan sampai membahayakan keberadaan tentara Jepang di Indonesia pada waktu itu.
Judo mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai menduduki Indonesia. Pada hari-hari tertentu tentara Jepang berlatih Judo di lingkungan asramanya, lama kelamaan tentara Jepang bergaul dan bersahabat dengan orang-orang lingkungan asrama tentara Jepang, maka orang Indonesia yang menjadi sahabat dekat tentara Jepang ikut berlatih Judo dan dipilih betul-betul sangat selektif dengan tujuan jangan sampai membahayakan keberadaan tentara Jepang di Indonesia pada waktu itu.
Pada tahun 1949 berdiri perkumpulan
Judo pertama di Jakarta bernama “Jigoro Kano Kwai” yang di pimpin oleh J.D.
Schilder (orang Belanda). Perkumpulan tersebut berlatih di gedung YMCA, jalan
Nusantara, Jakarta. Anggota perkumpulan Judo tersebut terdiri dari berbagai
lapisan antara lain Pelajar, Mahasiswa, Umum, ABRI, anak-anak, orang dewasa,
pria dan wanita. Selain belajar Judo mereka juga belajar Jiujitsu (salah satu
jenis beladiri Jepang) yang merupakan induk dari olahraga Judo. Pada waktu itu
perkumpulan-perkumpulan Judo yang masih berdiri sendiri-sendiri atau belum ada
organisasi yang lebih besar yang menaunginya.
Pada tanggal 20 Mei 1955, didirikan
perkumpulan Judo yang diberi nama “Judo Institute Bandung” (JIB) oleh Letkol
Abbas Soeriadinata, Mayor Uluk Wartadireja, Letkol D. Pudarto, Pouw Tek Siang,
dengan pelatih Tok Supriadi (orang Jepang).
Pada tanggal 25 Desember 1955
dibentuk organisasi Judo Indonesia yang diberi nama Persatuan Judo Seluruh
Indonesia (PJSI) sebagai organisasi Judo tertinggi di Indonesia, yang mengatur
dan mengelola kegiatan Judo secara Nasional maupun Internasional. Pada tahun
itu juga PJSI telah diakui oleh Komite Olympiade Indonesia sebagai Top
Organisasi Judo di Indonesia. Pada tahun yang sama Indonesia secara resmi
mendaftar dan diterima sebagai anggota International Judo Federation (IJF) yang
menjadi organisasi Judo tertinggi di dunia.
Tahun 1957, Judo untuk pertama
kalinya diikut sertakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) IV di Makasar,
Sulawesi Selatan sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Tahun
1958 – 1959, ketua Komisi Tekhnik Persatuan Judo Indonesia Djakarta (PJID)
yaitu Dachjan Elias, Dan IV berangkat ke negara Jepang untuk memperdalam
pengetahuan olehraga Judo. Sekembalinya dari Jepang ia segera mengamil
langkah-langkah untuk menggiatkan organisasi, sehingga dalam waktu satu tahun
terbukti organisasi PJID lebih dikenal oleh masyarakat Judo termasuk di
daerah-daerah di luar Jakarta.
Sumber: olah raga judo